WACANA MONOLOG, DIALOG, DAN POLILOG
“WACANA MONOLOG, DIALOG DAN
POLILOG”
FITRI UMI
ZAKIYAH,
PBSI 2104 C
/ 146042
A.
WACANA MONOLOG
1.
PENGERTIAN
Adalah
wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk
ikut berpartisipasi secara langsung. Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki
dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar atau pembacanya.
Wacana monolog bersifat searah dan termasuk komunikasi tidak interaktif (noninteractive
communication). Wacana monolog terjadi seperti pada orasi ilmiah,
khotbah, dan penyampaian visi dan misi. Pada kenyataannya, dalam suatu orasi,
ceramah, atau pidato tertentu, penutur secara improvisasi kadang-kadang justru
mencoba berinteraksi dengan pendengarnya. Cara yang dipakai, misalnya dengan
melontarkan pertanyaan, “Bagaimakah sikap kita untuk andil dalam pembangunan
pendidikan bangsa ini?”. Dalam konteks seperti ini, wacana monolog berubah
menjadi wacana semi-monolog.
Wacana
monolog merupakan wacana yang
disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi
secara langsung. Wacana monolog bersifat searah dan termasuk komunikasi tidak
interaktif (noninteractive
communication). Wacana
monolog terjadi seperti pada orasi ilmiah, khotbah, dan penyampaian visi dan
misi. Pada wacana monolog
pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara. Contohnya pidato,ceramah. Wacana monolog adalah
jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang (Mulyana, 2005: 53).
2.
CONTOH
Ucapan
terimakasih yang disampaikan ini merupakan contoh wacana monolog yang
dituturkan oleh seorang siswa SMP berikut ini.
Yth.
Bapak Kepala SMPN 1 Banjarmasin
Yth.
Bapak dan Ibu Guru SMPN 1 Banjarmasin
Yth.
Bapak dan Ibu Wali Murid
Yth.
Rekan-rekan yang saya cintai
Assalamualaikun
wr.wb
Pagi
hari yang berbahagia ini, perkenankanlah kami atas wakil nama lulusan mengajak
hadirin untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat mengikuti
acara perpisahan lulusan SMPN 1 Banjarmasin tahun ajaran 2014/2015.
Hari
ini merupakan hari yang berhagahia bagi kami karena telah menyelesaikan
sebagian tugas yang harus kami selesaikan. Dengan acara perpisahan ini berarti
kami telah diakui keberhasilan perjuangan dan doa kami selama kurang legih 3
tahun ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang berbahagia ini kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu Guru, Bapak/Ibu Staf Tata
Usaha.
B.
WACANA DIALOG
1.
PENGERTIAN
Wacana
dialog merupakan percakapan
yang dilakukan oleh dua orang secara langsung. Wacana dialog bersifat dua arah,
dan masing-masing partisipan secara aktif ikut berperan didalam komunikasi,
sehingga disebut komunikasi interaktif (interactive communication). Wacana
dialog terjadi seperti pada peristiwa diskusi, musyawarah, pembicaraan telepon,
Tanya jawab, dan teks drama. Menurut Djajasudarma (2006:13), wacana dialog
merupakan wacana yang berupa percakapan atau pembicaraan antara dua pihak
terdapat pada konversasi
2.
CONTOH
C :
Betulkan ?
W
: Iya
C :
Aku paling sebel deh kalau cowokku naksir cewek yang lain.
W
: Cowokku dulu juga gitu. Dia itu suka melirik cewek yang rambutnya panjang.
Padahal dulu aku takut manjangin rambut. Takut patah-patah dan rontok. Sunslik
gingseng membuat rambut semakin kuat tumbuh sepanjang yang kamu suka.
C :
Sekarang rambut kamu sudah panjang ?
W
: Ya
C :
Berarti cowok kamu sudah tidak lirik-lirik lagi dong ?
W
: Cowokku si ndak, cowok-cowok yang lain pada lirik aku
Wacana tersebut merupakan wacana
dialog antara dua orang gadis. Mereka sedang berdialog mengenai rambut. Setelah
menggunakan sunslik gingseng rambut menjadi kuat dan tidak rontok.
C.
WACANA POLILOG
1.
PENGERTIAN
Wacana polilog merupakan pembicaraan atau percakapan yang
melibatkan partisipan pembicaraan lebih dari dua orang penutur. Partisipan yang
terlibat dalam pembicaraan semuanya berperan aktif dan langsung dalam
komunikasi. Wacana polilog terjadi seperti pada peristiwa musyawarah, diskusi,
atau debat, dan teks drama. Perhatikan
contoh wacana polilog yang dikutip dari teks drama berjudul Orkes Madun I karya Arifin C Noer berikut ini.
Konteks : Kehadiran
waska disambut gembira oleh komunitasnya. waska dijadikan tempat mengadu
bagi tarkeni yang sedang berselisih dengan madekur, suaminya.
Waska : Peran
Waska akan tampil memberi ruh pada jasadku yang lunglai
kecapean yang kosong yang gosong
yang bagai kepompong.
Koor : Uuuuuuuuuuu
Waska : Langit
hanya berisi angin hari itu dan warna hitam Tumpah diseanteronya dimana – mana dan aku Waska sedang
minum air kelapa.
Tarkeni :
Lalu aku Tarkeni datang menangis bersujud di kaki Waska mengadukan ihwal duka.
Waska
: Ada apa anakku? Kenapa menangis
seperti itu?
Tarkeni
: Sakit kepalaku sampai ke kalbu lantaran dipukul suamiku.
Waska
: Madekur!!!!!
Madekur :
Madekur luka hatinya disobek – sobek cemburu oleh cemburu buta.
Waska : Yak karena tidak matang jiwanya.
(Orkes Madun I : 663-664)
Wacana tersebut merupakan wacana polilog, yakni percakapan atau
pembicaraan yang melibatkan lebih dari dua orang (tokoh) sebagai partisipan
pembicaraan. Tokoh Tarkeni mengadukan nasibnya kepada tokoh Waska, karena ia
dipukul oleh Madekur, suaminya, yang sedangkan dibakar rasa cemburu. Kemudian
Waska mencoba mendamaikan Tarkeni dan Mardekur sebagai pasangan suami istri.
Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan
terjadi pergantian peran.Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan
mereka memiliki peran pembicara dan pendengar (bisa resmi atau tidak resmi).
Ditinjau dari segi peran pesertanya, wacana dialog atau
polilog merupakan wacana timbal balik. Menurut Cook (1998:55), wacana timbal
balik merupakan satu jenis wacana yang dihasilkan oleh orang-orang yang
berinteraksi timbal balik. Dialog atau polilog merupakan suatu peristiwa tutur
yang berbeda dengan peristiwa tutur yang lain, itu terjadi apabila terdapat
unsur-unsur pokok (a) pembicara dan penerima, (b) topik, dan (c) alih tutur.
Prinsip
– prinsip Dialog atau Polilog
Terjadinya
dialog atau polilog bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Menafsirkan dan
memahami merupakan contoh tugas peserta dialog atau epilog dalam mengembangkan
dialog atau polilog.
Keenan
dan Scehieffelin (1983:79-80) mengidentifikasi tugas-tugas para peserta dialog
atau polilog dalam percakapan yaitu.
a. Memperhatikan
ujaran pembicara.
b. Memahami
ujaran pembicara.
c. Mengidentifikasi
objek, individu, peristiwa dan lain-lain.
d. Mengidentifikasi
hubungan semantik antaran referensi dan topik.
Selanjutnya
tugas pembicara yaitu.
1. Pembicara
harus mengucapkan ujaran dengan jelas.
2. Pembicara
harus menjaga perhatian pendengar tetap tinggi.
3. Pembicara
harus menyediakan informasi yang memadai bagi pendengar untuk mengidentifikasi
objek dan hal-hal lain sebagai bagian dari topik.
4. Pembicara
haarus menyediakan informasi yang menadai bagi pendengar untuk merekomendasikan
hubungan semantis antara referensi dalam topik.
Untuk mengembangkan dialog atau polilog dengan baik ada
suatu panduan yang perlu diperhatikan. Prinsip kerjasama yang dikemukakan
Richard dan Schmidt yaitu.
1. Prinsip
kuantitas (mengatakan sesuai yang diperlukan)
2. Prinsip
kualitas (mengatakan yang benar dan betul saja)
3. Prinsip
relasi (hanya mengatakan sesuatu yang sesuai dan berhubungan dengan yang
dibicarakan)
4. Prinsip
cara (pengatakan dengan jelas, sederhana, ringkas, runtut dan tak mendua
arti)
2.
CONTOH
Contoh polilog, konteks
masalah gender.
|
Penyiar
|
:
|
Sejak dulu wanita itu
selalu dijadikan orang belakang. Orang kelas dua. Kita harus
memperjuangkannya.
|
|
Wartawan
|
:
|
Itu kan sesuai dengan
kodradnya
|
|
Wanita karier
|
:
|
Bukan kodrat itu, tapi
dibuat oleh manusia. Seandainya orang laki-laki, maaf ya, tidak egois dan
memandang wanita itu rendah, maka para wanita akan lebih percara diri.
Cobalah lihat sekarang. Wanita diberi kepercayaan ternyata mampu memimpin
negara.
|
|
Wartawan
|
:
|
Bagaimanapun wanita
itu tetap terbatas, baik dari segi fisik maupun mental. Secara emosi, wanita
lebih meledak-ledak.
|
|
Wanita karier
|
:
|
Emosi bukan merupakan
ukuran rendahnya status wanita.
|
Merupakan polilog antara
penyiar, wartawan laki-laki dan wanita karier. Mereka mempunyai peran
berbeda-beda. Di sini pergantian peran pembicara dan pendengar.
Sumber :
Henry Guntur
Tarigan. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis
Wacana Kritis. Bandung: PT Refika Aditama.
Rani, Abdul dan Arifin Bustanul.
2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
http://noorjannahgambir.blogspot.co.id/2015/06/mengidentifikasi-jenis-jenis-wacana.html
(Diunduh pada tanggal 23 Mei 2017, 13:15)
http://sietis.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-wacana-lisan-dan-tulisan.html
(diunduh pada tanggal 24 Mei 2017, 13.00)
Komentar
Posting Komentar